oseanografi fisika
Rabu, 12 Desember 2012
Sabtu, 08 Desember 2012
Upwelling adalah penaikan massa air
laut dari suatu lapisan dalam ke lapisan permukaan. Angin yang mendorong
lapisan air permukaan mengakibatkan kekosongan di bagian atas, akibatnya air
yang berasal dari bawah menggantikan kekosongan yang berada di atas.
Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi,
dan zat-zat hara yang kaya ke permukaan (Nontji, 1993).
upwelling
Menurut Wikipedia, 2008 setidaknya ada 5 tipe Upwelling,
yaitu
1. Coastal upwelling
Merupakan upwelling yang paling umum diketahui, karena
membantu aktivitas manusia dalam melakukan kegiatan penangkapan ikan.
Upwelling ini terjadi karena, efek coriolis yang membelokan angin kemudian
permukaan laut akan terbawa oleh angin menjauhi pesisir, sehingga air laut
dalam yang mengadung nutrien sangat tinggi, akan menggantikan air permukaan
yang terbawa oleh angin. Daerah yang sering terjadi coastal upwelling
adalah pesisir Peru, Chili, Laut Arabia, Barat Daya Afrika, Timur New Zealand,
Selatan Brazil, dan pesisir California
2. Equatorial Upwelling
Serupa dengan coastal upwelling namun, lokasi terjadi berada
di daerah equator.
3. Southern Ocean Upwelling
Upwelling yang disebabkan oleh angin yang berhembus dari
barat bertiup ke arah timur di daerah sekitar Antartica membawa air dalam
jumlah yang sangat besar ke arah utara. Upwelling ini serupa dengan
coastal upwelling, namun berbeda dalam lokasi, karena pada daerah selatan tidak
ada benua atau daratan besar antara Amerika Selatan dan Antartika, sehingga
upwelling ini membawa air dari daerah laut dalam.
4.Tropical Cyclone Upwelling
Upwelling yang disebakan oleh
tropical cyclone yang melewati area. Biasanya hanya terjadi pada cyclone
yang memiliki kecepatan 5 mph (8 km/h).
5. Artificial Upwelling
Tipe upwelling, yang disebabkan oleh
energi gelombang atau konversi dari energi suhu laut yang dipompakan ke
permukaan. Upwelling jenis ini yang menyebabkan blooming algae
Secara ekologis, efek dari upwelling berbeda-beda,
namun ada dua akibat yang utama. Pertama, upwelling membawa
air yang dingin dan kaya nutrien dari lapisan dalam, yang mendukung
pertumbuhan seaweed dan blooming phytoplankton. Blooming
phytoplankton tersebut membentuk sumber energi bagi hewan-hewan laut
yang lebih besar termasuk ikan laut, mamalia laut, serta burung laut.
Akibat kedua dari upwelling adalah
pada pergerakan hewan. Kebanyakan ikan laut dan invertebrata memproduksi
larva mikroskopis yang melayang-layang di kolom air. Larva-larva tersebut melayang
bersama air untuk beberapa minggu atau bulan tergantung spesiesnya.
Spesies dewasa yang hidup di dekat pantai, upwelling dapat
memindahkan larvanya jauh dari habitat asli, sehingga mengurangi harapan
hidupnya. Upwelling memang dapat memberikan nutrien pada
perairan pantai untuk produktifitas yang tinggi, namun juga dapat merampas
larva ekosistem pantai yang diperlukan untuk mengisi kembali populasi pantai
tersebut.
Jumat, 07 Desember 2012
pramodul
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
1.
Menjelaskan
alat pengukur salinitas dan kecerahan mencakup pengertian, cara kerja, cara
menggunakan, dan data yg dhasilkan
2.
Menjelaskan
alat pengukur gelombang mencakup pengertian, cara kerja, cara menggunakan, dan
data yg dhasilkan.
3.
Menjelaskan
alat pengukur pasut mencakup pengertian, cara kerja, cara menggunakan, data yg
dhasilkan.
4.
Menjelaskan alat pengukur arus mencakup:pengertian,cara
kerja,cara menggunakan,data yg dhasilkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Refraktometer,
Salinometer dan Secchi Disk.
2.1.1 Refraktometer
Pengertian Refraktometer Dan
Indeks bias - Refraktometer adalah alat
yang digunakan untuk mengukur kadar/ konsentrasi bahan terlarut. Misalnya gula,
garam, protein, dsb. Prinsip kerja dari refraktometer sesuai dengan namanya
adalah memanfaatkan refraksi cahaya. Refraktometer ditemukan oleh Dr. Ernest
Abbe seorang ilmuan dari German pada permulaan abad 20 (Anonim, 2010).
Indeks bias adalah perbandingan kecepatan cahaya dalam udara dengan kecepatan
cahaya dalam zat tersebut. Indeks bias berfungsi untuk identifikasi zat
kemurnian, suhu pengukuran dilakukan pada suhu 20oC dan suhu
tersebut harus benar-benar diatur dan dipertahankan karena sangat mempengaruhi
indeks bias. Harga indeks bias dinyatakan dalam farmakope Indonesia edisi empat
dinyatakan garis (D) cahaya natrium pada panjang gelombang 589,0 nm dan 589,6
nm. Umumnya alat dirancang untuk digunakan dengan cahaya putih. Alat yang
digunakan untuk mengukur indeks bias adalah refraktometer ABBE. Untuk mencapai
kestabilan, alat harus dikalibrasi dengan menggunakan plat glass standart
(Anonim, 2010).
2.1.2. Salinometer
Salinometer adalah alat untuk mengukur salinitas dengan cara
mengukur kepadatan dari air yang akan dihitung salinitasnya. Bekerjanya
berdasarkan daya hantar listrik,semakin besar salinitas semakin Besar pula daya
hantar listriknya. Alat ini digunakan di laboratorium, berbeda dengan
refraktometer yang biasa digunakan di lapangan atau outdoor. (Anonim, 2010).
Cara menggunakan:
1. Ambil gelas ukur yang panjang, isi dengan air sampel yang
akan diukur salinitasnya
2. Salinitas akan terbaca pada skalanya.
2. Salinitas akan terbaca pada skalanya.
2.1.3. Secchi Disk
. Secchi
menggunakan piringan putih untuk mengukur kecerahan periaran mediterania pada
bulan april tahun 1865. Kala itu, ukuran piringan yang digunakan untuk mengukur
kecerahan perairan sangat bervariasi. Namun umumnya ukuran yang digunakan
adalah piringan dengan ukuran dengan diameter 18 inchi. Dan dibuat menggunakan
piringan metal dengan warna hitam dan putih (Anonim, 2010).
Secchi disk digunakan untuk melihat seberapa jauh jarak (kedalaman) penglihatan seseorang ketika melihat ke dalam perairan (Anonim, 2010).
Secchi disk digunakan untuk melihat seberapa jauh jarak (kedalaman) penglihatan seseorang ketika melihat ke dalam perairan (Anonim, 2010).
Gambar
1.1 Secchi Disk
Cara menggunakan:
1.
menurunkan piringan ke dalam
air secara perlahan menggunakan pengikat/tali sampai pengamatan tidak melihat
bayangan secchi.
2.
Saat bayangan piringan sudah
tidak tampak, tali ditahan selama 2 menit.
3.
Setelah itu secara perlahan piringan diangkat
kembali sampai bayangannya tampak kembali.
4.
Kedalaman air dimana piringan tidak tampak dan
tampak oleh penglihatan adalah pembacaan dari alat ini (Anonim, 2010).
2.2
Wave pole dan
ADCP
2.2.1 Wave Pole,
yaitu papan kayu denganpanjang 4 meter, lebar 15
cm dan tebal 3 cm yang berskala tiap 20 cm. Pengukuran tinggigelombang
dilakukan dengan mengamati puncak dan lembah, perhitungan periode
gelombangdilakukan dengan menghitung waktu gerakan gelombang melewati titik
tertentuPeralatan lain yang digunakan :
1.Alat pertukangan
(palu, kayu)
2.Bambu seperlunya
3.Kerung Beras
Plastik (Pickard, G. L. 1993).
2.2.2
ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler)
Alat yang digunakan untuk mengukur
gelombang/arus baik di laut, sungai, maupun danau yang mampu mengukur kecepatan
arus dalam tiga dimensi. ADCP yang merupakan singkatan Acoustic Doopler
Current Profiler adalah alat yang digunakan untuk mengetahui pergerakan
pertikel dalam suatu perairan seperti arus dan gelombang.( Pickard, G. L. 1993).
2.3 Tide Staff, floating tide gauge dan pressure
tide gauge.
2.3.1. Tide staff
merupakan
alat pengukur pasut yang paling sederhana, beupa [apan dengan tebal 1 – 2 inci
dan lebar 4 – 5 inci. Sedangkan panjangnya harus lebih dari tunggang pasut.
Dimana pemasangan tide gauge ini haruslah pada kondisi muka
air terendah (lowest water) skala nolnya masih terendam air, dan saat
pasang tertinggi skala terbesar haruslah masih terlihat dari muka air tertinggi
(highest water). Dengan demikian maka tinggi rendahnya muka air laut
dapat kita ketahui. Dan dari data yang dicatat dari skala tide gauge tersebut,
kita dapat mengetahui pola pasang surut pada suatu daerah pada waktu tertentu. Dalam
pemasangannya rambu tersebut disekrup atau ditempelkan pada posisi vertical
pada tiang atau penyangga yang cocok. Lokasi rambu harus berada pada
lokasi yang aman dan mudah terlihat dengan jelas, tidak bergerak-gerak akibat
gelombang atau arus laut. Tempat tersebut tidak pernah kering pada saat kedudukan air yang paling
surut. Oleh karena itu panjang rambu pasut yang dipakai sangat tergantung
sekali pada kondisi pasut air laut di tempat tersebut. Bila seluruh rambu pasut
dapat terendam air, maka air laut tidak dapat dipastikan kedudukannya.Pada
prinsipnya bentuk rambu pasut hampir sama dengan rambu dipakai pada pengukuran
sifat datar (leveling) (Pariwono, J.I. 1989).
2.3.2 Floating tide gauge
prinsip
kerja alat pengukuran pasut ini berdasarkan pada gerak naik turunnya permukaan
laut yang dapat diketahui melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat
pencatat. Alat ini harus dipasang pada tempat yang tidak begitu besar dipengaruhi
oleh gerakan air laut sehingga pelampung dapat bergerak secara vertical dengan
bebes. Pengamatan pasut dengan alat ini banyak dilakukan, namun yang lebih
banyak dipakai adalah dengan rambu pasut. (Pariwono, J.I. 1989).
Gambar 1.2. Floating tide gauge
Gambar
1.3 Skematik Floating
tide gauge
Gambar
1.4. Desain Alat Floating tide
gauge
Di pantai
dimana terdapat ombak pecah, atau dimanapun ada gangguan permukaan air yang minimal,
kisaran pasang surut dapat diukur dengan rangkaian papan yang sudah
terbagi-bagi dalam kelas-kelas tertentu. Air yang mengarah ke pantai akan
terukur pada interval-interval yang tertera pada papan. (Pariwono, J.I. 1989).
Papan
yang paling dekat dengan pantai harus mencapai atas air pada saat terjadi high
water, dan yang jauh dari pantai harus mencapai mean low water level agar pada
saat surut terendah dapat terbaca skalanya. Perlu berhati-hati dalam pembacaan
pada papan yang sudah lapuk. Papan pengukur pasang surut juga dapat dipasang
pada bendungan-bendungan dekat pantai, di penggalangan kapal dan
struktur-struktur lain yang airnya tenang. (Pariwono, J.I. 1989).
Jika menginginkan pengukuran yang akurat maka pengukuran dilkukan di tempat
yang pengaruh gelombangnya sedikit. Dekat pantai di atas mean high water
biasanya dibuat penampungan yang dasarnya kira-kira 3 sampai 6 kaki ke bawah
dari level lowest low water. (Pariwono,
J.I. 1989).
Penampungan dihubungkan ke
laut dengan pipa yang sempit yang menurun sampai ke dasar. Ujung dari pipa
dibuat semacam alat penyiram air yang dimaksudkan untuk pengairan dan buoy akan
menahannya pada daar laut. Jika pengaruh gelombang tidak terasa pada kedalaman
ini maka level air pada penampungan hanya menggambarkan pergerakan pasang
surut. Pada saat lautan terlihat tenang di permukaan, maka pada penampungan air
alirannya lancar dan level air akan terukur oleh papan berskala. (Pariwono, J.I. 1989).
Mengukur pasang surut akan sulit dan akan menghabiskan waktu, untuk mengatasi
masalah ini digunakanlah marigraph. Marigraph adalah alat pengukur pasang surut
otomatis yang akan mencatat sendiri kisaran pasang surut. Alat ini akan
memberikan catatan yang konstan dari level air. Berikut ini adalah gambar
marigraph: (Pariwono,
J.I. 1989).
Pelampung,
yaitu F akan naik turun dengan terisinya air di penampungan yaitu R. Kawat
tembaga dihubungkan ke pelampung yang melewati drum yaitu G, dikerenakan pada
drum akan terjadi perubahan level air. Pergerakan pada drum ditransmisikan ke
stylus (pena jarum untuk mencatat) yang akan mencatat perubahan yang terus-menerus
pada scarik kertas (Pariwono,
J.I. 1989).
2.3.3 Pressure tide gauge
prinsip
kerjanya sama dengan floating tide gauge, hanya saja gerak naik
turunya permukaan air laut, dapat diketahui dengan perubahan tekanan, yang
terjadi di dasar laut. Alat ini diletakkan di dasar laut dan dihubungkan dengan
alat pencatat (recording unit), yang kemudian data diolah dengan
mengkonversikan tekanan yang tercatat ke dalam nilai kedalaman, sehingga akan
kita dapatkan model pasang surut pada daerah tersebut. Alat ini dipasang
sedemikian rupa,sehingga selalu berada di bawah permukaan air laut tersurut
(LLW). Namun demikian alat ini jarang sekali digunakan untuk pengamatan pasut. (Pariwono, J.I. 1989).
Gambar
1.5 Pressure tide gauge
2.4 Current Meter dan ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler).
2.4.1 Current Meter
Pengukuran kecepatan arus air disebut dengan
water current meter. Current meter adalah alat untuk megukur kecepatan
arus air yang secara prinsip pengukurannya terbagi dalam tiga sistem, yaitu :
- Sistem Pencacah
Putaran, yaitu current meter yang mernkonversi kecepatan sudut
dari propeller atau baling-baling kedalam kecepatan linear. Biasanya jenis
ini mempunyai kisaran pengukuran antara 0,03 sampai 10 m/s.
- Sistem
Elektromegnetik, pada sistem ini air dianggap sebagai konduktor
yuang mengalir melalui medan magnetik. Perubahan pada tegangan
diterjemahkan kedalam kecepatan.
- Sistem
Akustik, pada sistem ini digunakan prinsip Dopler pada
transduser, juga biasanya berperan sekaligus sebagai receiver, yang
memancarkan pulsa-pulsa pendek pada frekuensi tertentu. Pulsa-pulsa
direfleksikan ataupun disebarkan oleh partikel-partikel dalam air dan
terjadi pergeseran frekuensi dari yang diterima kembali oleh receiver,
dimana hal tersebut dapat diukur sebagai kecepatan arus air.
Salah satu jenis current meter yang dapat dibuat
adalah pengukuran arus dengan arus velositas, dengan sistem kerja menghasilkan
sinyal dari masing-masing putaran propeller yang terbuat dari bahan medan
magnetik.
Gambar 1.6 Current Meter
2.4.2 ADCP (Acoustic
Doppler Current Profiler)
Acoustic Doppler Profiler,
sering disebut dengan singkatan ADCP. Para ilmuwan menggunakan instrumen
untuk mengukur bagaimana air cepat bergerak melintasi seluruh kolom air. Sebuah
ADCP berlabuh ke dasar laut bisa mengukur kecepatan saat ini tidak hanya di
bagian bawah, tetapi juga pada interval yang sama sepanjang jalan sampai ke
permukaan. Instrumen ini juga dapat dipasang horizontal pada seawalls atau
tiang jembatan di sungai dan kanal untuk mengukur profil saat ini dari pantai
ke pantai, dan bagian bawah kapal untuk mengambil pengukuran arus konstan
sebagai langkah perahu. Di daerah yang sangat dalam, mereka bisa
diturunkan pada kabel dari permukaan.(Pickard, G. L. 1993).
ADCPs yang bottom-mount
membutuhkan jangkar untuk menjaga mereka di bawah, baterai, dan logger data
internal.Kapal-mount instrumen membutuhkan kapal dengan kekuatan, komputer
kapal untuk menerima data, dan sistem navigasi GPS (sehingga gerakan sendiri kapal
dapat dikurangkan dari data saat ini). ADCPs tidak memiliki eksternal
read-out, sehingga data harus disimpan dan dimanipulasi di
komputer. Software program yang dirancang untuk bekerja dengan data ADCP
yang tersedia.(Pickard, G. L. 1993).
BAB III
ANALISA DAN
PEMBAHASAN
3.1 Refraktometer
Refraktometer Abbe adalah refraktometer untuk mengukur indeks bias cairan,
padatan dalam cairan atau serbuk dengan indeks bias dari 1,300 sampai 1,700 dan
persentase padatan 0 sampai 95%, alat untuk menentukan indeks bias minyak,
lemak, gelas optis, larutan gula, dan sebagainnya, indeks bias antara 1,300 dan
1,700 dapat dibaca langsung dengan ketelitian sampai 0,001 dan dapat
diperkirakan sampai 0,0002 dari gelas skala di dalam (Mulyono, 1997).
Pengukurannya didasarkan atas prinsip bahwa cahaya yang masuk melalui
prisma-cahaya hanya bisa melewati bidang batas antara cairan dan prisma kerja
dengan suatu sudut yang terletak dalam batas-batas tertentu yang ditentukan
oleh sudut batas antara cairan dan alas.
Gambar
1.7 Refraktometer
Cara mengunakan:
1.
Tetesi refraktometer
dengan aquadest
2.
Bersihkan dengan
kertas tisyu sisa aquadest yang tertinggal
3.
Teteskan air sampel
yang ingin diketahui salinitasnya
4.
Lihat ditempat yang
bercahaya dan catat hasilnya
5.
Bilas kaca prisma
dengan aquades, usap dengan tisyu dan simpan refraktometer di tempat kering.
Kelemahan:
zat yang terlarut dianggap
seluruhnya gula (untuk refraktometer sucrose) sedangkan untuk refraktometer
garam (salt) zat terlarutnya dianggap sebagai garam NaCl.seluruhnya. ada 2
refraktometer : digital dan manual yang digital cukup taruh cairan pada hole
sample (2-5 mL) tekan start, keluar hasil di display. yang manual, cukup taruh
2-3 tetes dipermukaan lensa kemudian ditutup, dari ujung lubang diintip maka
akan kelihatan batas terang gelap pada sekala berapa.
Keuntungan:
Refraktometer alat ini bekerja berdasarkan indeks bias,
dimana
indeks bias berubah untuk setiap perubahan brix.
indeks bias berubah untuk setiap perubahan brix.
3.2 Salinometer
Salinitas adalah kadar garam atau tingkat keasinan yang
terkadung pada air, salinitas juga terdapat pada tanah. Salinitas yang
terkandung pada air danau dan sungai terhitung rendah maka air pada danau dan
sungai dikategorikan sebagai air tawar. Kandungan garam pada air sungai dan danau
kurang dari 0,05%. Jika melebihi itu atau sekitar 0,05 % sampai 3% maka air
tersebut dikategorikan sebagai air payau. Dan jika tingkat salinitasnya
diantara 3% sampai 5% air tersebut dikategorikan sebagai air saline dan jika
melebihi 5% maka dikategorikan sebagai brine. (Anonim, 2010).
Gambar 1.8 Salinometer
Cara menggunakan:
1. Ambil gelas ukur yang
panjang, isi dengan air sampel yang akan diukur salinitasnya
2. Salinitas akan terbaca pada skalanya.
2. Salinitas akan terbaca pada skalanya.
Keuntungan:
1. Dengan alat ini, konduktivitas dan pengukuran suhu dapat
dilakukan dilapangan.
Kerugian:
1. Karena kabel suspensi agak tebal, alat ini harus diturunkan
dari perahu dan dihanyutkan untuk mengukur parameter dalam vertikal ketika arus
melebihi 0, 75 m / detik.
3.3 Secchi Disk
Secchi disk pertama kali ditemukan oleh Fr. Pietro Angelo
Secchi, seorang ahli astrofisika. Saat ia diminta untuk mengukur transparansi
perairan di laut mediterania oleh seorang Komandan (Letnan) Angkatan Laut
Cialdy, pimpinan armada angkatan laut Papal. Ia pun memperkenalkan alat
pengkuru kecerahan yang terbuat dari piringan dan diberi warna hitam dan putih.
Gambar
1.9 Secchi Disk
Cara menggunakan :
1. menurunkan piringan ke dalam air secara perlahan menggunakan
pengikat/tali sampai pengamatan tidak melihat bayangan secchi.
2. Saat bayangan piringan sudah tidak tampak, tali ditahan
selama 2 menit.
3. Setelah itu secara perlahan piringan diangkat kembali sampai
bayangannya tampak kembali.
4. Kedalaman air dimana piringan tidak tampak dan tampak oleh
penglihatan adalah pembacaan dari alat ini.
Keuntungan
1. Alatnya sederhana dan mudah digunakan.
Kekurangan :
1.
Kecerahan sangat tergantung
pada keadaan cuaca dan waktu pengukuran.
2.
Sebagai alat ukur
kecerahan perairan dalam mengukur transparansi air, perolehan datanya masih
sebatas perkiraan atau tidak terlalu akurat.
3.4 Wave pole
yaitu papan kayu
dengan panjang 4 meter, lebar 15 cm dan tebal 3 cm yang berskala tiap 20 cm.
Pengukuran tinggi gelombang dilakukan dengan mengamati puncak dan lembah,
perhitungan periode gelombang dilakukan dengan menghitung waktu gerakan
gelombang melewati titik tertentu.
Gambar 1.11
Wave pole
Cara menggunakan:
1. Ditancapkan tongkat skala dalam air.
2. Diukur selisih antara puncak dengan lembah gelombang (sebagai tinggi
gelombang)
3. Dilakukan pengukuran sampai dengan 3 kali.
4.
Dicatat hasil pengamatannya
3.5 ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler)
Prinsip kerja ADCP berdasarkan perkiraan
kecepatan baik secara horizontal maupun vertikal menggunakan efek Doppler untuk
menghitung kecepatan radial relatif, antara instrumen (alat) dan hamburan di
laut. Tiga beam akustik yang berbeda arah adalah syarat
minimal untuk menghitung tiga komponen kecepatan. Beam ke empat menambah
pemborosan energi dan perhitungan yang error. ADCP mentransmisikan ping, dari
tiap elemen transducer secara kasar sekali tiap detik.
Gambar 1.12 ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler)
Cara menggunakan:
1.
Atur waktu mulainya pengukuran, waktu
selesai, arah mata angin, koordinat bola bumi yang digunakan,dan intensitas
pengukuran (misal : pengukuran tiap satu menit, dll)
2.
Tanam ADCP di dalam laut sesuai kedalaman
yang dikehendaki
3.
Pasang selama waktu yang ditentukan
4.
ADCP akan merekam semua pameter yang telah
disetting terlebih dahulu
5.
Setelah selesai, ambil ADCP dan bawa ke atas
kapal
6.
Ambil data yang ada di dalam ADCP dan
pindahkan ke komputer
7.
Lakukan penglahan data
Keuntungan:
- Di masa
lalu, mengukur profil kedalaman saat ini diperlukan penggunaan string
panjang meter saat ini. Hal ini tidak lagi diperlukan.
- Tindakan
arus skala kecil
- Berbeda
dengan teknologi sebelumnya, ADCPs mengukur kecepatan mutlak air, tidak
hanya seberapa cepat satu massa air bergerak dalam hubungannya dengan yang
lain.
- Mengukur
kolom air sampai dengan 1000m lama.
Kekurangan:
- Ping
frekuensi tinggi menghasilkan data yang lebih tepat, tapi ping frekuensi
rendah perjalanan jauh dalam air.Jadi para ilmuwan harus membuat kompromi
antara jarak yang profiler dapat mengukur dan ketepatan pengukuran.
- ADCPs
diatur ke "ping" juga cepat kehabisan baterai cepat
- Jika air
sangat jelas, seperti di daerah tropis, ping tidak mungkin
memukul partikel cukup untuk menghasilkan data handal
3.6 Tide Staff
merupakan
alat pengukur pasut yang paling sederhana, berupa papan dengan tebal 1 – 2 inci dan lebar 4 – 5 inci. Sedangkan panjangnya
harus lebih dari tunggang pasut. Dimana pemasangan tide gauge ini
haruslah pada kondisi muka air terendah (lowest water) skala nolnya
masih terendam air, dan saat pasang tertinggi skala terbesar haruslah masih
terlihat dari muka air tertinggi (highest water). Dengan demikian maka
tinggi rendahnya muka air laut dapat kita ketahui. Dan dari data yang dicatat
dari skala tide gauge tersebut, kita dapat mengetahui pola
pasang surut pada suatu daerah pada waktu tertentu. Dalam
pemasangannya rambu tersebut disekrup atau ditempelkan pada posisi vertical
pada tiang atau penyangga yang cocok. Lokasi rambu harus berada pada
lokasi yang aman dan mudah terlihat dengan jelas, tidak bergerak-gerak akibat
gelombang atau arus laut. Tempat tersebut tidak pernah kering pada saat kedudukan air yang paling
surut. Oleh karena itu panjang rambu pasut yang dipakai sangat tergantung
sekali pada kondisi pasut air laut di tempat tersebut. Bila seluruh rambu pasut
dapat terendam air, maka air laut tidak dapat dipastikan kedudukannya.Pada
prinsipnya bentuk rambu pasut hampir sama dengan rambu dipakai pada pengukuran
sifat datar (leveling).
Perbedaannya
hanya dalam mutu rambu yang dipakai. Mengingat bagian bawah rambu pasut harus
dipasang terendam air laut, maka rambu dituntut pula harus terbuat dari bahan
yang tahan air laut.Rambu pasut hampir selalu digunakan pada
pelabuhan-pelabuhan laut.Akan tetapi dalam hal ini biasanya titik nol skala rambu diletakkan sama
dengan muka surutan setempat, sehingga setiap saat tinggi permukaan air laut
terhadap muka surutan tersebut atau kedalaman laut dapat diketahui berdasarkan
pembacaan pada rambu. Dengan demikian hal ini sangat membantu bagi keamanan
kapal yang akan berlabuh atau meninggalkan pelabuhan.
Gambar
1.13 Tide staff
Cara menggunakan:
1. Dipasang pada daerah pasang surut yang
masih terendam air
2. Dicatat skala awal
3. Pukul 14.30 WIB dicatat tinggi permukaan
air setelahnya sebagai t
4. Dihitung dengan hasil pengukuran tersebut (cm/jam)
3.7 Current Meter
Current meter adalah alat untuk megukur
kecepatan arus air yang secara prinsip pengukurannya terbagi dalam tiga sistem,
yaitu :
1.
Sistem Pencacah
Putaran, yaitu current meter yang mernkonversi kecepatan sudut dari
propeller atau baling-baling kedalam kecepatan linear. Biasanya jenis ini
mempunyai kisaran pengukuran antara 0,03 sampai 10 m/s.
2.
Sistem
Elektromegnetik, pada sistem ini air
dianggap sebagai konduktor yuang mengalir melalui medan magnetik. Perubahan
pada tegangan diterjemahkan kedalam kecepatan.
3.
Sistem Akustik, pada sistem ini digunakan prinsip Dopler pada
transduser, juga biasanya berperan sekaligus sebagai receiver, yang memancarkan
pulsa-pulsa pendek pada frekuensi tertentu. Pulsa-pulsa direfleksikan ataupun
disebarkan oleh partikel-partikel dalam air dan terjadi pergeseran frekuensi
dari yang diterima kembali oleh receiver, dimana hal tersebut dapat diukur
sebagai kecepatan arus air.
Salah satu jenis current meter yang dapat dibuat
adalah pengukuran arus dengan arus velositas, dengan sistem kerja menghasilkan
sinyal dari masing-masing putaran propeller yang terbuat dari bahan medan
magnetik.
Gambar 1.14
Current Meter
Ott current-meter dapat digunakan baik dengan digantung pada
kabel/tali maupun pada tiang.
1. dapat dilaksanakan pada pengukuran di sungai maupun di muara
sungai,
2. dapat dipakai pada pengukuran di kanal yang kecil atau
digantung di jembatan.
Keuntungan:
1. Baik untuk bekerja dengan cepat dan akurat, dan rumus
kalibrasi dengan mudah dapat diubah dalam grafik kecepatan, yang membuat
perluasan lebih mudah.
Kerugian:
1. Tidak dapat mengetahui arah arus, dan komponennya
dapat menambah atau mengurangi jumlah putaran baling-baling sehingga tidak
dapat mengetahui kecepatannya dengan benar.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Refraktometer
Pengertian Refraktometer Dan
Indeks bias - Refraktometer adalah alat
yang digunakan untuk mengukur kadar/ konsentrasi bahan terlarut. Misalnya gula,
garam, protein, dsb. Prinsip kerja dari refraktometer sesuai dengan namanya
adalah memanfaatkan refraksi cahaya.
4.2 Salinometer
Salinometer adalah alat untuk mengukur salinitas dengan cara
mengukur kepadatan dari air yang akan dihitung salinitasnya. Bekerjanya
berdasarkan daya hantar listrik,semakin besar salinitas semakin Besar pula daya
hantar listriknya. Alat ini digunakan di laboratorium, berbeda dengan
refraktometer yang biasa digunakan di lapangan atau outdoor.
4.3 Secchi Disk
Secchi disk
digunakan untuk melihat seberapa jauh jarak (kedalaman) penglihatan seseorang
ketika melihat ke dalam perairan.
4.4 Wave Pole
Pengukuran tinggigelombang dilakukan dengan
mengamati puncak dan lembah, perhitungan periode gelombangdilakukan dengan
menghitung waktu gerakan gelombang melewati titik tertentu.
4.5 ADCP (Acoustic
Doppler Current Profiler)
Keuntungan:
- Di masa
lalu, mengukur profil kedalaman saat ini diperlukan penggunaan string
panjang meter saat ini. Hal ini tidak lagi diperlukan.
- Tindakan
arus skala kecil
- Berbeda
dengan teknologi sebelumnya, ADCPs mengukur kecepatan mutlak air, tidak
hanya seberapa cepat satu massa air bergerak dalam hubungannya dengan yang
lain.
- Mengukur
kolom air sampai dengan 1000m lama.
Kekurangan:
- Ping
frekuensi tinggi menghasilkan data yang lebih tepat, tapi ping frekuensi
rendah perjalanan jauh dalam air.Jadi para ilmuwan harus membuat kompromi
antara jarak yang profiler dapat mengukur dan ketepatan pengukuran.
- ADCPs
diatur ke "ping" juga cepat kehabisan baterai cepat
- Jika air
sangat jelas, seperti di daerah tropis, ping tidak mungkin
memukul partikel cukup untuk menghasilkan data handal
4.6 Tide Staff
panjang
rambu pasut yang dipakai sangat tergantung sekali pada kondisi pasut air laut
di tempat tersebut. Bila seluruh rambu pasut dapat terendam air, maka air laut
tidak dapat dipastikan kedudukannya.Pada prinsipnya bentuk rambu pasut hampir
sama dengan rambu dipakai pada pengukuran sifat datar (leveling).
4.7 Current Meter
Current meter adalah alat untuk megukur
kecepatan arus air yang secara prinsip pengukurannya terbagi dalam tiga sistem,
yaitu :
- Sistem Pencacah
Putaran, yaitu current meter yang mernkonversi kecepatan sudut
dari propeller atau baling-baling kedalam kecepatan linear. Biasanya jenis
ini mempunyai kisaran pengukuran antara 0,03 sampai 10 m/s.
- Sistem
Elektromegnetik, pada sistem ini air dianggap sebagai konduktor
yuang mengalir melalui medan magnetik. Perubahan pada tegangan
diterjemahkan kedalam kecepatan.
- Sistem
Akustik, pada sistem ini digunakan prinsip Dopler pada
transduser, juga biasanya berperan sekaligus sebagai receiver, yang
memancarkan pulsa-pulsa pendek pada frekuensi tertentu. Pulsa-pulsa
direfleksikan ataupun disebarkan oleh partikel-partikel dalam air dan
terjadi pergeseran frekuensi dari yang diterima kembali oleh receiver,
dimana hal tersebut dapat diukur sebagai kecepatan arus air.
4.8 Flauting Tide
Gauge
prinsip kerja
alat pengukuran pasut ini berdasarkan pada gerak naik turunnya permukaan laut
yang dapat diketahui melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat
pencatat. Alat ini harus dipasang pada tempat yang tidak begitu besar dipengaruhi
oleh gerakan air laut sehingga pelampung dapat bergerak secara vertical dengan
bebes. Pengamatan pasut dengan alat ini banyak dilakukan, namun yang lebih
banyak dipakai adalah dengan rambu pasut.
4.9 Pressure Tide
Gauge
prinsip
kerjanya sama dengan floating tide gauge, hanya saja gerak naik
turunya permukaan air laut, dapat diketahui dengan perubahan tekanan, yang
terjadi di dasar laut.
DAFTAR PUSTAKA
·
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=7&cad=rja&ved=0C
·
Laut Biru: Instrumentasi
Kelautanseandy-laut-biru.blogspot.com
·
JENIS ALAT UKUR/KEGUNAAN «hazis.wordpress.com
·
Membuat
Current Meter Sendiriteknologi.kompasiana.com
·
Davies-Colley,
R.J. 1988. Measurig water clarity with a black disk. Limnologi and Oceanogrphy.
33: 616-623.
·
Pariwono,
J.I. 1989. Gaya Penggerak Pasang Surut. Dalam Pasang Surut. Ed. Ongkosongo,
O.S.R. dan Suyarso. P3O-LIPI. Jakarta. Hal. 13-23
·
Pickard,
G. L. 1993. Descriptive Physical Oceanography. Pergamon
Press. Oxford.
·
Pond
dan Pickard, 1978. Introductory to Dynamic Oceanography. Pergamon Press, Oxford
·
Priyana,
1994. Studi pola Arus Pasang Surut di
Teluk Labuhantereng Lombok. Nusa Tenggara Barat. Skripsi. Skripsi. Program
Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas
Perikanandan Kelautan.Institut Pertanian Bogor
·
Supangat,
Agus. (2000) Pengantar Oseanografi,
ITB : Bandung
·
Triatmodjo,
Bambang. 1996. Pelabuhan. Beta
Offset. Yogyakarta
Langganan:
Postingan (Atom)